Kamis, 18 September 2008

Riwayat Singkat Ir. Soekarno

PROKLAMATOR KEMERDEKAAN RI, PEMIMPIN BESAR REVOLUSI, PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT, PENGGALI PANCASILA

6 JUNI 1901, Hari Kamis Pon. Windu Sanjaya. Wuku Wayang di Lawang Seketeng Surabaya, saat fajar menyingsing lahirlah jabang bayi Koesno yang kelak akan menjadi Soekarno dan pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben, seorang putri keturunan Kasta Brahmana dan Banjar Balai Agung Singaraja Bali dengan Raden Soekemi Sosrodiharjo, Putra Raden Hardjodikromo seorang tokoh kebatinan di Tulungagung Jawa Timur. Saat kecil, Soekarno diasuh oleh Mbok Sarinah, sekaligus yang mengajarkan tentang kecintaan kepada orang tua, rakyatjelata dan sesama manusia.

Tahun 1915, Tamat EUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS) di Mojokerto — Jawa Timur.

10 JUNI 1921, Pelajar Soekarno tamat dan sekolah HOGERE BURGER SCHOOL (HBS) di Surabaya. Semasa di HBS, ayahnya menitipkan Soekarno di rumah HOS. Cokroaminoto, Politikus Nasional dan Serikat Islam (SI). Di rumah inilah Soekarno dapat berkenalan dengan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional, antara lain : Alimin, Muso, Darsono, serta mengenal dunia idea tokoh-tokoh dunia seperti Thomas Jefferson Jawaharal Nehru, Gladestone, Mahatma Gandi, Mazzini Jamaluddin Al Afgani, Moh Abduh, dIl.

25 MEI 1926, Soekarno berhasil menyelesaikan studinya di TERHNISCHE HOGE SCHOOL (THS) Bandung dengan mendapat gelar CIVIEL INGENIEUR (Insinyur Sipil)

Tahun 1926, Diawali dengan pertemuan dengan seorang petani bernama Pak Marhaen di daerah Cigareleng Bandung Selatan dan melalui proses perenungan yang dalam serta serius, akhirnya Soekarno menemukan konsep Marhaen. Marhaenis, Marhaenisme sebagai teori perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia, oleh karenanya Bung Karno disebut sebagai Bapak Marhaenisme. Menulis artikel tentang Nasionallsme. Islamisme dan Marxisme” dan bersama-sama kawannya mendirikan “Algemeene Studieclub di Bandung, suatu perkumpulan yang mempelajari pergerakan politik yang didasarkan pada paham kebangsaan dan beruratnadikan rakyat jelata.

4 JULI 1927, Ir. Soekarno bersama Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo, Dr. Sanusi Sastrowidagdo, Mr. Budiarto, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo dan Ir. Anwari mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai Indonesia Merdeka. Pada kongres PNI pertama.

27 sampai dengan 30 Mei 1928 di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan menerbitkan majalah Suluh Indonesia.

Tahun 1928, Ir. Soekarno mengajarkan “Trilogi” perjuangannya yaitu: - National Geest = Kesadaran Berbangsa - National Will = Kemauan Berbangsa - National Daad = Tindakan berbangsa.

17 APRIL 1931, Bung Karno menyampaikan pledoinya di hadapan Pengadilan Kolonial Belanda setelah mengalami 19 kali persidangan selama 4 bulan. Pembelaan tersebut tetap tidak bisa membebaskan dan segala tuntutan, maka hakim Kolonial menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara di Banceuy dan kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung. Pledoi Bung Karno kemudian dibukukan dalam “Indonesia Menggugat”.

MARET 1932, Bung Karno menulis nsalah Mencapai Indonesia Merdeka” di Pengalengan selatan Kota Bandung dalam majalah Fikiran Rakyat.

1 AGUSTUS 1933, Bung Karno ditangkap oleh Polisi Kolonial Belanda di rumah Moh. Husni Thamrin di Jakarta dan dijebloskan dalam penjara Sukamiskin selama 4 bulan.

17 FEBRUARI 1934, Bung Karno dibuang ke Ende, di Pulau Flores selama 4 tahun didampingi Ibu Inggit Garnasih dan putri angkat Ratna Djuwani serta Ibu Amsi (mertua), berangkat dengan Kapal “Van Reibeeck”. Di tanah pembuangan Ende-Flores selama 4 tahun ini, Bung Karno banyak menulis artikel tentang Islam yang ditujukan kepada A. Hasan, guru ‘Persatuan Islam” di Bandung. Kemudian sebanyak 12 surat tersebut diterbitkan dengan judul “Surat-Surat Islam dari Ende”.

14 FEBRUARI 1938, Berdasarkan besluit Pemerintah Kolonial Belanda tertanggal 14 Februari 1938, pembuangan Bung Karno dipindah ke Bengkulu. Sesampai di Bengkulu. Bung Karno menjadi Ketua Pengajaran Muhamadiyah Daerah Bengkulu.

9 JULI 1942, Ketika ada tanda-tanda Jepang mendarat, rencananya Bung Karno akan dilarikan ke Padang, kemudian dibawa lagi ke Australia oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah Jepang mendarat dan berhasil merebut Bung Karno, maka dikembalikan ke Jakarta tanggal 9 Juli 1942. Maka berakhirlah masa pembuangan Bung Karno oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

9 MARET 1943, Bung Karno bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan KH Mas Mansur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) sebagai sarana taktis untuk menyusun tenaga dan kekuatan rakyat terlatih dalam merebut Kemerdekaan dari Jepang.

JUNI 1943, Bung Karno menikah dengan Fatmawati.

I JUNI 1945, Bung Karno berpidato dalam Sidang Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di gedung Pejambon Jakarta. Dalam pidato tersebut, Bung Karno mengemukakan gagasan Philosofiche Gronslaag yang digali dan sosio cultural bangsa sendiri sebagat dasar Indonesia Merdeka, Sejak itu pula Bung Karno dikenal sebagai Penggali Pancasila.

8 JUNI 1945, Bung Karno dipilih sebagai Ketua Dokuritsu Zyunbi Iinkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Atas kewenangannya itu Bung Karno merubah anggota PPKI dan 21 orang menjadi 27 orang dengan maksud untuk ingin mengubah lembaga buatan Jepang menjadi lembaga bersifat Nasional yang mencerminkan perwakilan nusantara.

10 JULI 1945, Bung Karno memimpin sidang panitia kecil BPUPKI ke II bertempat di rumah Bung Karno untuk menyusun Konstitusi Negara Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

15 AGUSTUS 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh para pemuda yang dipimpin oleh Chaerul Saleh dan Adam Malik, dan dilarikan ke Rengasdengklok untuk didesak segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesta saat itu juga. Setelah terjadi perdebatan yang cukup menegangkan dan berakhir dengan persesuaian pendapat, maka Bung Karno dan Bung Hatta dikembalikan ke Jakarta.

17 AGUSTUS 1945, Bung Karno dan Bung Hatta mewakili seiuruh rakyat Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia tepat hari Jumat Legi pukul 10.00 WIB di Gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta dan disiarkan melalui Kantor Besar Radio Domei. Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati berkibar diiringi lagu “Indonesia Raya”. Sejak hari itu Bung Karno dan Bung Hatta disebut sebagai “Proklamator Kemerdekaan Indonesia “.

18 AGUSTUS 1945, PPKI mengangkat Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden (berdasarkan Aturan Peralihan, pasal 3 UUD 1945) dan dalam melaksanakan jabatannya dibantu oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP).

5 OKTOBER 1945, Dekrit Presiden untuk membentuk angkatan perang. Maka pemerintah menugaskan kepada Mayor Urip Sumohardjo untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) serta mengangkat Sodanco Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat, namun tidak pernah hadir dan tidak diketahui keberadaannya.

Akhir Desember 1945, tentara Belanda memasuki Jakarta, maka Bung Karno dan Bung Hatta secara rahasia berangkat dari Jakarta ke Jogjakarta dengan naik kereta pada malam hari (belakang rumah Bung Karno ada rel kereta api) dengan dasar pertimbangan bahwa resiko mempertahankan pusat pemerintahan terlalu besar, maka diputuskan pusat pemerintahan dipindah ke Jogjakarta.

18 SEPTEMBER 1948, Pemberontakan PKI meletus di Madiun dibawah pimpinan Muso yang ingin mendirikan Pemerintahan Komunis Sovyet di Indonesia, maka Bung Karno menyerukan kepada masyarakat melalui radio untuk memilih pemimpinnya “Soekarno — Hatta atau Muso dan PKI-nya”. Akhirnya rakyat menjatuhkan pilihannya kepada Soekarno — Hatta.

Pada Oktober 1948, Divisi Siliwangi di bawah pimpinan AH Nasution berhasil memadamkan pemberontakan dan Muso mati dalam pertempuran kecil.

19 DESEMBER 1948, Agresi Militer Belanda ke II, Jogjakarta diduduki Belanda.

22 Desember 1948, pukul 07.00, Kolonel Van Langen menangkap Bung Karno, H. Agus Salim dan Sutan Syahril dibawa ke Medan. sedangkan Bung Hatta, Mr. Moh. Roem, Mr. All Sastro Amijoyo, Mr Gafar Pringgodikdo, Mr. Assaat dan Komodor Suria Darma dilarikan ke Bangka. Dalam perjalanan dari Istana Jogjakarta sampai ke Prapat (Sumatera Utara), Bung Karno mengalami tiga kali usaha pembunuhan terhadap dirinya, yaitu: • Menurut pengakuan Kapten Vosfeiet, sopir Jeep yang diperintah oleh Jenderal Spoor, Panglima Besar tentara Belanda: “DaIam perjalanan dan Istana menuju Maguwo, Bung Karno dinaikkan jeep terbuka. tanpa borgol dan berjalan pelan”, dimaksudkan agar Bung Karno punya kesempatan melarikan diri dan akan ditembak mati. “ • Menurut pengakuan Mr Yoseph Marie Antoim Habert Luns, mantan Menteri Luar Negeri Belanda dan Sekjen NATO: “Dalam perjalanan udara dari Maguwo ke Medan, Bung Karno akan dibunuh dengan cara dilemparkan dari kapal udara • Kesaksian juru masak (perempuan) para tawanan Brastagi mendapat perintah dari opsir bahwa besok pagi tidak perlu memasak untuk para tawanan, sebab besok pagi Bung Karno dan teman-temannya akan menjalani eksekusi tembak mati. Karena Belanda menganggap bahwa untuk menghancurkan Republik Indonesia harus melenyapkan Soekarno lebih dahulu. Malam harinya rakyat Brastagi menyusun gerilya untuk membebaskan Bung Karno, tapi upaya tersebut sudah diketahui oleh tentara Belanda, maka Bung Karno dibawa lari oleh Algojo Belanda menuju Prapat.

6 JULI 1949, Bung Karno dan pemimpin lainnya dikembalikan oleh Belanda ke Jogjakarta setelah melalui perjanjian ‘Roem — Royen Statements’

28 DESEMBER 1949, Bung Karno bersama rombongan kembali ke Jakarta dengan 2 pesawat Dakota (yang salah satunya merupakan sumbangan rakyat Aceh), mendarat di Kemayoran sekitar pukul 11.30 WIB. dengan diiringi bendera asli proklamasi. Rombongan menuju Istana Negara dan mulai saat itu Ibu Kota kembali ke Jakarta.

7 JULI 1953, Bung Karno menikah dengan Ibu Hartini.

18 APRIL 1955, Bung Karno menyampaikan pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika ke I di Bandung dengan judul Asia Baru dan Afrika Baru”.

JULI 1955, Bung Karno naik Haji ke Tanah Suci.

21 FEBRUARI 1957, Pidato Presiden di Istana Negara tentang Konsepsi yang menolak demokrasi liberal karena melahirkan tirani minoritas dan mayoritas, yang dikehendaki adalah demokrasi terpimpin oleh nilai-nilai yang berakar pada masyarakat Indonesia. Ekses dan sikap politik tersebut, dan kelompok reaksioner mengadakan upaya pembunuhan terhadap Bung Karno dengan cara penembakan di Hari Raya Idul Adha dan geranat meledak di Cikini.

30 SEPTEMBER 1960, Bung Karno pidato di depan Sidang Umum PBB di New York — Amerika Serikat dalam judul “To Build The World A New” yang menawarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar piagam PBB.

19 DESEMBER 1961, Presiden Soekarno memberikan Komando Pembebasan lrian Barat yang dikenal dengan nama “Tri Komando Rakyat” (Trikora) pada rapat umum di Jogjakarta yang berisikan: 1. Gagalkan pembentukan Negara “Papua” bikinan Kolonial Belanda. 2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum. Atas komando tersebut, wilayah Irian Barat yang mempunyai luas beberapa kali Pulau Jawa dalam waktu 1 tahun, 4 bulan, 13 hari sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

3 MARET 1962, Menikah dengan Ratna Sari Dewi, (Naoko Nemoto).

3 MEI 1964, Komando Dwi Kora.

11 MARET 1966, Presiden Soekarno memberikan perintah (Supersemar) kepada menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto untuk: 1. Mengambil segera tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan kewibawaan pimpinan, Presiden /Panglima Tertinggi /Pimpinan Besar Revolusi /Mandataris MPR, untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi. 2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan Panglima Angkatan lainnya dengan sebaik-baiknya. 3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawab seperti tersebut di atas.

7 MARET 1967, Kekuasaan Pemerintahan Bung Karno dipreteli oleh Tap. MPRS No. XXXIII / MPRS / 1967, secara hukum TAP tersebut mempunyat kelemahan yang serius, karena seseorang yang belum atau ttdak terbukti kesalahannya tetapi hak-haknya dicabut dan tidak dikembalikan. Ironis, seorang Bapak yang menghabiskan waktunya dan mempertaruhkan seluruh hidupnya bagi kemerdekaan bangsanya, harus mengakhiri hidupnya di Tahanan Negara oleh bangsanya sendiri.

21 JUNI 1970, Han Minggu Pahing pukul 19.00 Bung Karno menghembuskan nafasnya yang terakhir di RS Gatot Subroto, setelah sekian lama mendenita sakit dan dikarantina di Wisma Yaso. “Innalillahi Wainna Illaihi Roji’un”. Telah pulang Bapak Bangsa Indonesia ke Rahmatullah dan kini tugas kita semua menjaga negeri ini selama-lamanya.

~Dari Berbagai Sumber~

Tidak ada komentar: